Minggu, 02 Oktober 2016

Organize Untuk Sepatu Kesayangan



            Tinggal dengan beberapa anggota keluarga dengan memiliki sifat dan watak yang berbeda memang susah susah gampang. Terkadang harus terbentur dengan kebiasaan – kebiasaan yang mungkin membuat kita menjadi sedikit emosi. Kalau sudah seperti itu rasanya jalan satu-satunya adalah ada yang mengalah supaya keadaan tidak semakin memanas.
            Salah satu hal yang bisa menjadi biang keributan adalah tentang sepatu. Jadi rata – rata anggota keluarga saya memiliki lebih dari satu sepatu dan juga sandal yang disimpan. Nah! kalau disimpan dengan benar di rak sepatu mungkin tidak akan menjadi masalah ya. Tapi kalau sembarangan tentu akan jadi berbeda.

Sabtu, 28 Februari 2015

Resensi Buku: The Miraculous Journey Of Edward Tulane



Judul Buku                  : The Miraculous Journey of Edward Tulane
Penulis                         : Kate Di Camillo
Alih Bahasa                 : Dini Pandia
Penerbit                       : PT.Gramedia Pustaka Utama
Tebal                           : 208 hlm
Terbit                          : Cetakan ke – 2 April 2014
ISBN                            : 978-979-22-2487-0


[Review Buku] Cantik Itu Luka


Judul: Cantik Itu Luka

Penulis: Eka Kurniawan


Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


Cetak: Ketiga, Februari 2012


Tebal: 490 hlm


Bintang: 3/5


Membaca buku ini seperti menyusun sebuah puzzle. Kamu harus benar-benar mengumpulkannya satu persatu hingga seluruhnya terkumpul agar bisa menebak bentuk keseluruhan puzzle. Saya bahkan harus membaca hingga kalimat terakhir untuk paham keseluruhan cerita buku ini, kaitan judul buku dengan kisah yang tersaji di dalamnya.

Dengan alur mundur, sepertinya penulis berniat membuat sebuah cerita yang membuat penasaran si pembaca, itu asumsi saya. Tapi sayangnya hal itu tidak berlaku kepada saya, saya sungguh merasa bosan di awal-awal membaca buku ini. Ceritanya melompat dari satu kisah berganti kisah lainnya pada setiap bab, tetap dengan alur mundur.

Hal terbaik dalam buku ini bagi saya adalah dalam penokohan. Setiap karakter seakan benar-benar nyata, ia awet di kepala. Saya bahkan sempat memimpikan dewi ayu saat di sekap tentara jepang dalam sebuah penjara. Ia memakan apapun yg ia temui di sana, kecoa, lintah gendut yang telah dipaksa menyedot darah sapi, bahkan hingga tikus, makanan terakhir yang tersisa. Sama halnya dengan Dewi Ayu, tokoh lainnya seperti Maman Gendeng, Sodancho, Kamerad Kliwon dan ketiga anaknya Dewi Ayu memiliki karakter dan peran yang sama pentingnya.

Kalian akan banyak menemukan adegan-adegan vulgar, jadi bagi yang masih risih dengan adegan-adegan semacam itu mending segeralah membeli dan baca. Kalian juga aka menemukan banyak kata maaf 'tai' diucapkan oleh tokoh-tokoh di novel ini. Saya belum terlalu biasa dengan kata tersebut merasa kurang nyaman.

Buku ini saya selesaikan dalam waktu yang lumayan lama, kurang lebih 4 bulan saking ndak mudeng-nya. Saya merasa gagal membaca buku yang akan diterjemahkan ke empat bahasa ini karena tidak bisa menikmatinya. Jika membandingkan, Lelaki Harimau lebih saya sukai dan mudeng dibandingkan buku ini. Mungkin ada fase yang belum saya pahami soal karya sastra, jika menilik tulisan Eka pada jurnalnya. Karena membaca pun harus bertumbuh.