Selasa, 13 Januari 2015

[Review Buku] Good Fight

Judul: Good Fight
Penulis: Christian Simamora
Penerbit: Gagasmedia
Identitas: xii + 492 hlm; 13 x 19 cm, cetakan keempat, 2014
ISBN: 979-780-758-4


“SAAT MEMUTUSKAN JATUH CINTA, LO JUGA MEMBUKA KEMUNGKINAN CINTA KELAK AKAN BERBALIK NYAKITIN LO...” Begitulah sebagian blurb dari novel ini. Tentang pacaran yang tidak sehat dengan teman sekantor. Ya, tidak sehat, namun saya suka. Ckckckck!

Teresia alias Tere, seorang wanita karir yang labil dalam berbagai banyak hal. Ceroboh, emosian, dan gampang terdistrak oleh hal-hal menarik. Akhirnya ia jatuh cinta dengan teman sekantornya, Jethro Liem alias Jet, yang sebelumnya mereka adalah musuh bebuyutan di kantor. Tanpa disadari Tere, banyak sekali kekonyolan di depan Jet. Namun, Jet dengan sikap yang selalu blak-blakkan kepada Tere, membuat Tere akhirnya bisa luluh dipelukkan Jet. 491 halaman di novel ini menggambarkan banyak kejadian konyol dan serangkaian adegan lucu yang mereka alami. Saya tidak akan memberitahu kekonyolan seperti apa, tapi yang jelas, Christian Simamora menceritakannya dengan lucu, seperti gaya monolog yang asyik dibaca.

Ini adalah cerita romance mainstream: dengan istilah kalimat yang mainstream, dengan joke-joke yang disematkan secara mainstream, dan hal-hal meinstream yang tak terduga. Namun, meskipun mainstream, tetap saja terbaca lucu karena Christian Simamora memiliki ciri khas gaya humor kekinian dalam bercint,- eh maksudnya bercerita. Sorry, saya terbawa mainstream oleh novel dewasa ini.

Novel ini menceritakan banyak fashion. Tentang gaya hidup para pria dan wanita metroseksual. Tapi kalau boleh menilai, menurut saya ini bukan sekedar bercerita tentang pria dan wanita metroseksual saja, tetapi juga metrosensual. Sampai-sampai saya sering dibuat bingung (namun akhirnya paham juga akibat googling) oleh setiap narasi yang terlalu mengumbar high branded fashion dengan bahasa gaul ala fashionista.

Di bab-bab awal, menurut saya terlalu basa-basi. Cara mendeskripsikan suatu kejadian yang dialami tokoh seringkali terlalu lama, serta banyak adegan klise. Namun, manisnya novel ini juga akibat menggambarkan tentang makna “Witing tresno jalaran soko kulino.” Perasaan Tere terhadap Jet membuat makna Jawa itu terasa indah.

Menurut saya, Author of Pillow Talk yang satu ini berhasil menjelaskan wanita sesungguhnya di zaman sekarang. Mulai dari gesture sampai effort. Dijelaskan pula tentang pembuktian bahwa seseksi dan semaskulinnya seorang pria, akan terlihat menyedihkan juga ketika mengatakan “Tapi aku masih cinta kamu” kepada seorang wanita yang dicintainya.

1 komentar:

Silahkan tinggalkan komentar. Terima kasih sudah berkunjung. :)